Selayang Pandang Bank Sampah Mandiri
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Sragen bertekad untuk mengurangi jumlah sampah terutama sampah yang dihasilkan dalam rumah tangga para Aparatur Sipil Negara di lingkungan Dinas PU Kabupaten Sragen.
Salah satu program yang dicanangkan dalam rangka keberhasilan mengurangi sampah adalah dengan mendirikan Bank Sampah yang diberi nama Bank Sampah Mandiri.
Bank Sampah Mandiri merupakan pioner di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Dengan adanya Bank sampah itu maka diharapkan akan ada pengurangan sampah terutama dari para anggota yang merupakan ASN di lingkungan DPUPR Kabupaten Sragen.
Bank Sampah itu sendiri telah diresmikan keberadaannya oleh Ibu Bupati Sragen dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati pada Hari Jumat (13/9/2019). Pada kesempatan tersebut Bupati didampingi oleh Wakil Bupati Dedy Endriyatno dan Sekda Bapak Drs. Tatag Prabawanto B, MM serta beberapa Kepala Dinas di lingkungan Pemkab Sragen. Dalam sambutannya Ibu Bupati mengatakan menyambut baik dan apresiasi yang tinggi kepada Dinas PUPR yang telah menjadi pioner bagi Satker lain di Kabupaten Sragen untuk mengurangi sampah agar bisa menjadi nilai jual untuk para anggota atau nasabahnya melalui Bank Sampah.
Hari ini luar biasa, tolong temen-temen
dinas untuk dicontoh, kita mulai menjadi anggota dulu kita hidupkan DPU
terlebih dahulu, baru kita membuat di masing-masing dinas," jelas Bupati
Menurut Bupati, Bank Sampah pertama
pemkab Sragen ini bisa menjadi contoh semua dinas dan juga bisa menjadi
inkubator warga masyarakat Kabupaten Sragen.
"Saya minta kepada teman-teman untuk
memulai dari diri sendiri kita kelola bersama, lalu mengajak ke kampung
masing-masing untuk membuat dan menabung di bank sampah. Ajak-ajak itu
penting," lanjut Bupati.
Ia berharap Bank Sampah Mandiri DPUPR
bisa menjadi pionir berdirinya bank sampah di kantor organisasi
perangkat daerah (OPD) lain dan di lingkungan masyarakat.
“Harapannya kalau di semua dinas sudah
ada bank sampah seperti ini, maka untuk mengajak masyarakat nanti lebih
mudah karena sudah ada contohnya. Nanti akan kami terbitkan surat edaran
supaya masing-masing dinas dan perumahan yang cukup besar diimbau untuk
memiliki bank sampah,” tutup Bupati.
Bank Sampah yang dikelola oleh DPUPR Kabupaten Sragen juga telah mempunyai mitra dari masyarakat dan juga dari Satker lain di Kabupaten Sragen antara lain adalah Inspektorat, kecamatan kecamatan di Kabupaten Sragen.
Sampah yang dikelola Bank Sampah Mandiri berjenis kardus, kertas, botol
mineral, koran, besi dan sampah lainnya.
Alur dari layanan bank sampah
ini sebagai berikut :
- Nasabah atau anggota datang dengan membawa buku tabungan
dan sampah yang sudah dipilah dari rumah.
- Petugas mencatat jenis
sampah yang dibawa nasabah.
- Sampah ditimbang sesuai dengan
jenisnya.
- Nasabah menyerahkan buku tabungan kepada bendahara
supaya transaksi tercatat di buku besar.
- Nasabah pulang dengan
membawa buku tabungan yang sudah terisi daftar nominal uang dan berat
sampah yang dikirim
Meski baru sebulan beroperasi, Bank Sampah Mandiri yang dikelola pegawai
DPUPR Sragen ini sudah mampu menghasilkan pendapatan senilai Rp 3,9
juta. Dana tersebut dihasilkan dari penjualan sampah dengan bobot 1,5
ton selama Bulan Agustus.
JAKARTA, KOMPAS.com —
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bertekad mengurangi
jumlah sampah nasional melalui program bank sampah.
Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun
Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, perkembangan
program bank sampah di seluruh Indonesia meningkat dalam kurun waktu
tiga tahun terakhir.
"Pada tahun 2015, jumlah bank sampah di Indonesia sebanyak 1.172 unit
dan tahun 2017 jumlah bank sampah di Indonesia mencapai 5.244 unit yang
tersebar di 34 provinsi dan 219 kabupaten/kota di Indonesia," kata
Vivien di Grand Mercure Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (3/12/2018).
Baca juga: Rumah di Bantaran Kali Gendong Persulit Petugas Membersihkan
Sampah
Vivien menjelaskan, program bank sampah adalah program yang mengajak
masyarakat untuk memilah sampah organik dan non-organik untuk ditukarkan
menggunakan uang pada bank-bank sampah yang telah tersebar di 34
provinsi di Indonesia.
Namun, ada juga bank sampah yang menerapkan penukaran sampah untuk
pembayaran listrik, pembelian sembako, pembayaran biaya kesehatan, dan
mendapatkan emas.
"Program bank sampah itu bisa mengubah paradigma masyarakat untuk
memaknai sampah sebagai sesuatu yang mempunyai nilai untuk dimanfaatkan
kembali sekaligus mengurangi jumlah sampah nasional," kata Vivien.
Baca juga: Rumah di Bantaran Kali Gendong Persulit Petugas Membersihkan
Sampah
Pada bank sampah, sampah organik akan didaur ulang menjadi kompos.
Sementara sampah non-organik akan diolah kembali agar bisa bermanfaat
secara ekonomis.
Vivien menyebut, ada salah satu contoh bank sampah yang menghasilkan
omzet mencapai Rp 4,5 miliar per tahun dari pengolahan sampah. Bank
sampah itu berada di Jakarta Barat.
"(Omset Rp 4,5 miliar) itu merupakan angka yang fantastis yang didapat
dari pengelolaan sampah yang berasal dari masyarakat," kata Vivien.
"Diharapkan, ke depan keberadaan bank sampah bisa memberikan solusi
terbaik dalam pencapaian target pengurangan sampah. Saya mengajak kepada
seluruh pemerintah daerah untuk mendorong menciptakan program-program
berbasis bank sampah," lanjut dia.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Belajar dari Bank Sampah dan Pengolahan Sampah Beromzet Rp 4,5 Miliar",
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/03/13095821/belajar-dari-bank-sampah-dan-pengolahan-sampah-beromzet-rp-45-miliar.
Penulis : Rindi Nuris Velarosdela
Editor : Andri Donnal Putera
JAKARTA, KOMPAS.com —
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bertekad mengurangi
jumlah sampah nasional melalui program bank sampah.
Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun
Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, perkembangan
program bank sampah di seluruh Indonesia meningkat dalam kurun waktu
tiga tahun terakhir.
"Pada tahun 2015, jumlah bank sampah di Indonesia sebanyak 1.172 unit
dan tahun 2017 jumlah bank sampah di Indonesia mencapai 5.244 unit yang
tersebar di 34 provinsi dan 219 kabupaten/kota di Indonesia," kata
Vivien di Grand Mercure Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (3/12/2018).
Baca juga: Rumah di Bantaran Kali Gendong Persulit Petugas Membersihkan
Sampah
Vivien menjelaskan, program bank sampah adalah program yang mengajak
masyarakat untuk memilah sampah organik dan non-organik untuk ditukarkan
menggunakan uang pada bank-bank sampah yang telah tersebar di 34
provinsi di Indonesia.
Namun, ada juga bank sampah yang menerapkan penukaran sampah untuk
pembayaran listrik, pembelian sembako, pembayaran biaya kesehatan, dan
mendapatkan emas.
"Program bank sampah itu bisa mengubah paradigma masyarakat untuk
memaknai sampah sebagai sesuatu yang mempunyai nilai untuk dimanfaatkan
kembali sekaligus mengurangi jumlah sampah nasional," kata Vivien.
Baca juga: Rumah di Bantaran Kali Gendong Persulit Petugas Membersihkan
Sampah
Pada bank sampah, sampah organik akan didaur ulang menjadi kompos.
Sementara sampah non-organik akan diolah kembali agar bisa bermanfaat
secara ekonomis.
Vivien menyebut, ada salah satu contoh bank sampah yang menghasilkan
omzet mencapai Rp 4,5 miliar per tahun dari pengolahan sampah. Bank
sampah itu berada di Jakarta Barat.
"(Omset Rp 4,5 miliar) itu merupakan angka yang fantastis yang didapat
dari pengelolaan sampah yang berasal dari masyarakat," kata Vivien.
"Diharapkan, ke depan keberadaan bank sampah bisa memberikan solusi
terbaik dalam pencapaian target pengurangan sampah. Saya mengajak kepada
seluruh pemerintah daerah untuk mendorong menciptakan program-program
berbasis bank sampah," lanjut dia.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Belajar dari Bank Sampah dan Pengolahan Sampah Beromzet Rp 4,5 Miliar",
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/03/13095821/belajar-dari-bank-sampah-dan-pengolahan-sampah-beromzet-rp-45-miliar.
Penulis : Rindi Nuris Velarosdela
Editor : Andri Donnal Putera